Selasa, 05 April 2022

PENGHIJAUAN KEMBALI TANAH YANG GUNDUL DEMI ANAK CUCU KITA

 

Oleh : TUHARNO,SP
CDK Wilayah Pacitan
Penyuluh Kehutanan Kec. Sudimoro







 

I.   PENDAHULUAN

Kebutuhan akan kayu, terutama kayu Sengon, di Pulau Jawa yang semakin banyak. Namun sementara itu, ketersediaan kayu yang ada semakin sedikit. Maka diperlukan usaha-usaha untuk melakukan penanaman atau budidaya tanaman Sengon. Selain untuk kebutuhan dalam negeri dan atau untuk kebutuhan luar negeri.

 

Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dilakukan penelitian-penelitian tentang budidaya tanaman Jati. Semakin berkembangnya IPTEK khususnya di bidang pertanian kehutanan maka kini di Indonesia telah berkembang berbagai jenis tanaman jati diantaranya adalah jati unggul lokal.

 

II.  SYARAT TUMBUH

Sengon  (Albazia Falcata) dapat tumbuh baik pada iklim yang tanahnya banyak mengandung kapur, curah hujan antara 950-1.850 mm/tahun, dan temperatur 27-36 derajat Celsius. Jati dapat tumbuh juga di berbagai jenis tanah dengan ketinggian 0-800 meter dari permukaan air laut dengan PH 4,5-8,5 dan tidak tergantung air.

 

Jati mempunyai pertumbuhan batang yang lurus ke atas dengan tingkat percabangan ringan, sehingga memungkinkan untuk di gunakan sebagai tanaman sela.

 

Jati dapat juga dikembangkan secara monokultur atau dengan cara tumpang sari baik dengan tanaman semusim atau buah-buahan, misalnya di bawah tanaman jati bisa ditanami lagi dengan jenis tanaman kapulogo, kopi, dan jenis tanaman obat-obatan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (antara lain jahe dan kencur).

Pada umur 5 tahun sudah dapat di panen dengan cara tebang pilih sesuai dengan permintaan pasar. Namun lebih baik dipanen pada umur 15 tahun. Pada umur tersebut bila pemeliharaannya baik telah mempunyai diameter 30-40 cm dan volume rata-rata 0,65 m3 untuk setiap pohonnya.

 

III.  SASARAN LOKASI

·       Lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 50%, misalnya pada tebing-tebing yang curam untuk melindungi tanah dari bahaya longsor.

·       Lahan yang terlantar atau tidak digarap lagi sebagai tanaman semusim.

·       Lahan yang karena pertimbangan khusus, misalnya untuk perlindungan mata air atau bangunan air.

·       Lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan apabila dijadikan hutan rakyat daripada tanaman semusim.

 

IV.  TEKNIK PENANAMAN

Pada pola monokultur dapat digunakan jarak tanam 2 x 3 m dengan jumlah bibit 1.650 bibit/Ha. Atau bila akan di kembangkan jenis tanaman lain lagi di sela-sela tanaman jati di tanam dengan jarak tanam 5 x 5 m dengan bibit 400/Ha. Atau dengan jarak tanam 3 x 3 m dengan jumlah bibit 1.150/Ha (sangat tepat diluar pulau Jawa pada lokasi peladangan). Dengan cara ini pertumbuhan tanaman bagus dan pohon dapat lurus-lurus serta seragam.

 

V. TAHAPAN PELAKSANAAN PENANAMAN

1.    Pembersihan lahan dari tanaman pengganggu, yang berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 1 meter.

2.    Membuat lubang tanam di tengah lingkaran dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm, sebaiknya dibiarkan dulu minimal 30 hari sebelum penanaman agar ubang terkena sinar matahari langsung.

3.    Setelah 30 hari tanah asal lubang tanam yang dibawah dikembalikan ke lubang tanam yang ketas sekitar 50% dan sisanya dicampur dengan pupuk kandang sekitar 2 Kg/lubang, dikembalikan lubang atasnya.

4.    Setelah berumur 10 hari diberi pupuk PMLT 0,25 kg/penanaman dengan jarak pemupukan minimal 15 cm dari tanaman dengan cara dimasukkan ke dalam tanah di sekeliling tanaman.

5.    Penanaman dilakukan dengan meletakkan bibit di tengah-tengah lubang setelah polybag di sobek terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang sampai ketinggian leher batang sekitar 20 cm (setinggi polybag ke dalam tanah). Dengan indikator tanah sudah kena hujan dengan kedalaman basah minimal 15 cm (sekitar bulan Nopember-Desember)

6.    Penyiangan sekaligus pemupukan dilakukan setelah 6 bulan.

7.    Pupuk diberikan dengan dosis 0,250 kg/pohon pada dan akhir musim hujan dengan pupuk PMLT sampai tanaman berumur 4 tahun, untuk selnjutnya pemupukan seperlunya saja.

8.    Pada tahun ke-4 pemangkasan jangan dilakukan sampai ketinggian 6 meter di atas permukaan tanah, jarak pemangkasan dari pangkal cabang sekitar 20 cm, pemangkasan cabang ini sebaiknya dilakukan pada akhir musim penghujan.

Jati termasuk tanaman pionir sehingga dapat tumbuh baik di lahan tidur. Untuk lokasi di luar pulau Jawa di lahan bekas peladangan dapat tumbuh optimal sepanjang lokasinya sesuai syarat tumbuh tersebut di atas.

 

Bagi yang berminat silahkan membudidayakan, karena selain sebagai TABUNGAN HARI TUA juga untuk melestarikan sumber daya alam hutan tanah dan air. Mengingat jati unggul dapat dipanen pada umur 15 tahun.

 

Jika kita berfikir jangka panjang tidak ada salahnya kalau kita turut serta mendayakan lahan tidur, melestarikan sumber daya alam, dalam rangka untuk mengatasi banjir dan tanah longsor. Dengan menanam Jati disamping itu prospek Jati untuk 15 tahun yang akan datang cukup baik, hasilnya pun bisa di buktikan secara nyata sedangkan resiko kegagalannya kecil sekali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar